Jakarta, 20 Juli 2025 — Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade, pendiri Microsoft, Bill Gates, resmi tersingkir dari daftar 10 besar orang terkaya dunia. Dalam data terbaru dari Bloomberg Billionaires Index, Gates kini berada di posisi ke-13. Namun alih-alih menjadi kisah kejatuhan finansial, ini adalah kisah tentang keberanian memilih prioritas: kemanusiaan.
Sejak 1991, nama Bill Gates hampir selalu menghiasi jajaran elit orang-orang terkaya dunia, berkat kesuksesan Microsoft yang merevolusi industri teknologi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kekayaan Gates mengalami "pengurangan" yang signifikan — bukan karena kegagalan bisnis, melainkan karena sumbangan besar-besaran yang ia salurkan melalui Bill & Melinda Gates Foundation.
Total donasi Gates diperkirakan telah melampaui US$50 miliar. Dana itu digunakan untuk berbagai inisiatif global, termasuk pemberantasan penyakit seperti malaria dan polio, pendidikan anak-anak di negara berkembang, dan pengembangan teknologi sanitasi dan air bersih.
“Saya telah memberikan sebagian besar kekayaan saya untuk misi filantropi, dan akan terus melakukannya,” tulis Gates dalam blog pribadinya tahun lalu. “Tujuan saya bukan lagi berada di daftar orang terkaya, tapi menjadi orang yang paling memberi dampak positif.”
Langkah ini mendapat banyak pujian, di tengah era ketika kekayaan sering kali dikaitkan dengan akumulasi, bukan distribusi. Gates mencontohkan bahwa kekuatan finansial dapat menjadi alat untuk perubahan, bukan sekadar pencapaian pribadi.
Kondisi ini juga menyoroti pergeseran nilai yang mulai diadopsi oleh sebagian tokoh miliarder dunia. Beberapa tokoh lain seperti Warren Buffett dan MacKenzie Scott juga telah mengikuti jejak Gates dengan komitmen filantropi besar.
Meski kekayaannya kini “menyusut”, warisan moral Bill Gates justru semakin mengakar: bahwa kemajuan sejati bukan diukur dari jumlah kekayaan yang ditimbun, melainkan dari seberapa besar dampak yang bisa ditinggalkan untuk umat manusia.